- Klik Modzila (jika tidak ada Internet Explorel), lalu ketik www.sampenulis.wordpress.com, klik Formulir Kuliah Online dan copy paste ke Word, isilah formulir dan kirimkan ke email otodidaktor@yahoo.co.id
- Menyediakan waktu minimal 1 bulan sekali untuk mengakses www.sampenulis.wordpress.com supaya dapat mempelajari buku CARA BELAJAR OTODIDAK SAMPAI MATI
- Diskusi dan konsultasi dapat dilakukan melalui No. HP 085235930884 -Ahmad Zamhari Hasan- (Bahkan, jika saya tidak online setiap pertengahan bulan, Anda dapat ber-SMS ria atau menghubungi No HP tersebut dengan keterangan bahwa Anda sudah terdaftar sebagai Otodidaktor/Mahasiswa/wi Kuliah Online)
- Jika sudah menngkhatamkan atau menyelesaikan membaca buku CARA BELAJAR OTODIDAK SAMPAI MATI, maka bacalah KRITERIA KELULUSAN KULIAH ONLINE, lalu jawablah PERTANYAAN EVALUASI KULIAH ONLINE.
- Bacalah buku Cara Berbisnis Secara Islami dan 3 Langkah Sederhana Untuk Sukses! Sebagai buku pendukung untuk menyelesaikan Kuliah Online.
- Jika Anda membutuhkan hiburan, bacalah Kumpulan Cerpen atau Novel Bidadari Posmodern atau Puisi. Anda dapat membaca artikel atau makalah lain yang ada dalam www.sampenulis.wordpress.com. Jika blog ini tidak bisa diakses, Anda dapat menemukannya di http://www.sampenulis.blogspot.com
- Saat Anda menyelesaikan semua tahapan di atas, maka Anda dianggap Lulus Kuliah Online
KRITERIA KELULUSAN KULIAH ONLINE
(Meski Tanpa Ijazah)
- Membaca buku CARA BELAJAR OTODIDAK SAMPAI MATI minimal 3x;
- Membaca Buku sampai selesai
- Membaca Ulang supaya dapat menjawab (melaksanakan tugas) Pertanyaan Evaluasi Kuliah Online
- Membaca Ulang sesuai kebutuhan untuk dimanfaatkan dalam kehidupan
- Menjawab (melaksanakan tugas) Pertanyaan Evaluasi Kuliah Online
- Berkomitmen pada diri sendiri untuk belajar sendiri (Belajar Otodidak) seumur hidup!
- Mau menjadi orang baik yang diwujudkan dengan membantu 3 orang secara ikhlas karena Allah sesuai kemampuan
- Bekerja apa saja asal halal dengan berusaha menggabungkan antara pekerjaan dan pengetahuan, sebab inilah rahasia sukses di masa depan.
Kuliah Online Gratis (KOG)
Awalnya Kuliah Online Gratis (KOG) diperuntukkan Alumni sekolah umum dan pesantren –yang putus sekolah dari SMA/MA/Pesantren – memiliki semangat belajar yang tinggi, namun tidak mampu mengembangkan diri lewat jalur pendidikan akademis (Perguruan Tinggi), karena mahalnya biaya pendidikan dan semakin sulitnya beban masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tapi dalam perjalanan selanjutnya; ternyata KOG dibutuhkan siapa saja yang merasa bahwa belajar seumur hidup merupakan kebutuhan mendesak saat ini.Mahasiswa/Mahasantri membutuhkan KOG supaya nasib dan masa depan mereka tidak dipasrahkan pada Bangku Kuliah Formal atau Sistem perkuliahan, melainkan ditentukan diri sendiri. Akademisi –baik S1,S2 dan S3- membutuhkan KOG agar tidak menjadi pisang yang berbuah sekali, lalu mati. Orang-orang yang bekerja pada orang lain membutuhkan KOG supaya mampu mempersiapkan diri segala sesuatu yang terjadi, termasuk pemecatan. Bapak-bapak dan Ibu membutuhkan KOG agar dapat belajar sambil mempraktikkannya. SIAPA SAJA MEMBUTUHKAN KOG! Termasuk yang mengelola KOG itu sendiri.
Berapa lama mengikuti KOG? Tergantung kemauan, tekad dan pemahaman (sekligus penerapan teori dalam praktik). Bisa Sebulan Sekali saja, bisa sebulan sekali selama 3 bulan, bisa sebulan sekali selama 6 bulan, bisa sebulan sekali selama satu tahun, bisa sebulan sekali selama dua tahun. Jika mau, Anda dapat belajar sekali, lalu berhenti. Paling penting KOG membudayakan BELAJAR OTODIDAK SEUMUR HIDUP pada setiap orang supaya dapat berbahagia dan sukses di dunia dan akhirat.
KOG merupakan sarana untuk mampu belajar sendiri di bidang ilmu yang hendak dikuasai, dari pendalaman yang mereka lakukan bisa mengembangkan diri seperti yang dilakukan Hamka, Emha Ainun Nadjib, D. Zawawi Imron dan KH. Moh. Idris Jauhari, sehingga setiap generasi muda mampu terus menerus belajar sepanjang hayat. Sebab dalam perkembangan zaman ke depan, hanya orang yang mampu belajar seumur hidup dan mampu mengembangkan apa yang dipelajari dalam pekerjaan yang ditekuni, akan berhasil dalam hidupnya.
“Belajar Otodidak Sebagai Kuliah Alternatif”
Judul buku : “Mau Kuliah Alternatif? Belajar Otodidak, Dong!”
Penulis : Ahmad Zamhari Hasan
Penerbit : Ka-Tulis-Tiwa-Press Jakarta
Tebal : 294 Halaman
Cet. : I, Mei 2007
Selama
ini masyarakat Indonesia dihadapkan permasalahan hidup yang bertambah
kompleks, abad 21 yang semakin tidak jelas arahnya, dan kerancuan
berbagai nilai yang ada dalam kehidupan. Salah satu penyebabnya ialah
ruang belajar hanya dipersempit pada universitas formal, padahal mereka
bisa belajar otodidak tentang berbagai macam ilmu pengetahuan dan
hal-hal yang dibutuhkan guna menghadapi tantangan zaman yang semakin
kompleks.
Belajar
pada intinya ialah upaya seseorang untuk memahami, mengerti, mendalami
sesuatu, sehingga menjadi arif dan bijaksana dalam menjalani kehidupan.
Jika ruang belajar dibatasi pada ruang universitas formal, maka pada
intinya manusia membelenggu dirinya dengan penjara yang dibuatnya
sendiri. Ruang belajar manusia ialah semesta dan kehidupan sehari-hari.
Paling tidak ada dua hal yang harus dilakukan supaya berhasil belajar
seumur hidup.
Pertama;
memperluas ruang belajar pada hakikat aslinya. Dengan paradigma baru
ini, setiap orang dapat belajar pada; makhluk hidup, pergantian siang
dan malam, pagi hari yang cerah, matahari, bulan, bintang, dan seluruh
tata surya, angin, awan, hujan, pegunungan, tanah, bukit, pohon,
tanaman, dan segala sesuatu yang ada di dalam tanah dan di antara langit
dan bumi. Bukankah ini terlalu besar dan banyak untuk dipelajari? Untuk
itu, otodidaktor (orang yang belajar otodidak) berupaya mempelajari dan
memperdalam salah satu di antaranya yakni yang paling disenangi.
Sebagai
misal, otodidaktor yang senang memikirkan manusia, dapat memilih salah
satu bidang ilmu tentang manusia, contoh psikologi. Sebagai proses
pembelajaran awal, otodidaktor dapat mencari file-file di internet
tentang psikologi, mempelajarinya secara teliti dengan membuang
informasi yang kurang akurat dan salah. Melanjutkan dengan pergi ke
toko-toko buku untuk membeli buku-buku utama yang harus dipelajari.
Membaca buku yang dibeli secara kreatif dengan menulis poin-poin
pentingnya. Membandingkan apa yang dibaca dengan memahami karakter suatu
masyarakat sebagai bentuk studi lapangan. Terakhir, menulis dalam
bentuk makalah sampai mampu menghasilkan sebuah buku kelak.
Kedua;
kehidupan sehari-sehari dari luar kelihatan seperti menjalani rutinitas
harian yang membosankan, padahal sebuah keberhasilan di suatu bidang
yang dipelajari merupakan akumulasi dari proses menjalani kehidupan
sehari-hari. Ini bermakna, menjalani kehidupan sehari-hari dengan
berbagai macam aktivitas, menyediakan ruang untuk berkontemplasi lewat
ibadah spiritual; shahadat, shalat, puasa, dan zakat (haji jika mampu
seumur hidup sekali), menyediakan waktu untuk membaca buku atau keadaan
sekitar, dan berolah raga secukupnya sebagai bentuk relaksasi.
Dengan dua langkah yang dilakukan secara konsisten di atas, otodidaktor akan mampu menerapkan prinsip long live education
atau belajar seumur hidup. Kemampuan menerapkan prinsip ini dalam
kenyataan hidup merupakan cara paling efektif untuk mengatasi
kompleksitas permasalahan dalam abad 21, dan mendorong seseorang untuk
menjalani hidup apa adanya.
Ini
juga merupakan langkah yang tepat dalam rangka mengatasi berbagai macam
permasalahan yang ditimbulkan karena jurang pemisah antara ruang
belajar di universitas dengan realitas kehidupan sehari-hari, yang
sering dikeluhkan selama ini. Para otodidaktor, yang senantiasa berbaur
dengan kehidupan masyarakat, menyelami permasalahan yang mereka hadapi,
sekaligus hidup di tengah-tengah masyarakat sambil belajar otodidak,
dapat berhasil tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga bermanfaat
untuk orang lain dan masyarakat luas.
Di
samping itu, manusia perlu lebih memahami dirinya dari aspek semua
potensi yang dimiliki seperti; imajinasi, pikiran, perasaan, hati,
kesadaran dan tubuh. Pemahaman ini dilanjutkan dengan upaya melakukan
sinergi antar seluruh potensi, sehingga setiap langkah yang diambil
merupakan yang terbaik dari yang baik.
Semua
uraian di atas, dijelaskan secara terperinci dalam buku “Mau Kuliah
Alternatif? Belajar Otodidak, Dong!” Sebuah buku baru yang menawarkan
cakrawala baru, sekaligus mengeksplorasi dunia baru yakni Belajar
Otodidak. Selama ini banyak pertanyaan orang yang dilontarkan tentang
belajar otodidak, namun jawaban yang diperoleh kurang memuaskan. Buku
ini bisa memberikan jawaban yang memuaskan.
Salah
satu pertanyaan yang sering dikemukan orang, bagaimana cara belajar
otodidak, sehingga mampu melahirkan tokoh-tokoh besar seperti Hamka, D.
Zawawi Imron, Emha Ainun Nadjib, KH. Moh. Idris Jauhari, bahkan Muhammad
Yunus? Buku ini, menawarkan cara yang paling tepat dan terbaik untuk
berhasil sebagaimana tokoh-tokoh besar sukses dalam hidupnya. Apalagi,
dalam awal setiap bab, diawali dengan puisi yang mampu menggugah
perasaan, menghidupkan imajinasi, menimbulkan inspirasi dan melahirkan
perenungan sebelum membaca secara terperinci.
Sekarang,
kesempatan terbuka lebat bagi akademisi dan otodidaktor untuk terus
menerus belajar sepanjang hayat, dengan caranya masing-masing. Ibarat
sedang menuju kota Singapura, bisa dilakukan secepat mungkin dengan
pesawat terbang atau sedikit lebih lambat dengan kapal laut, paling
penting dapat mencapai tujuan dengan usaha yang benar, cara yang benar,
dan melewati jalan yang benar. Tidak kuliah formal di universitas, tidak
bisa lagi dijadikan alasan untuk berhasil.
“Ngapain Kuliah? Belajar Otodidak Aja!”
Zubairi Hasan*
Dalam
situasi krisis yang tanpa ujung pangkal ini, seharusnya biaya
pendidikan diusahakan semurah mungkin, supaya setiap orang di Indonesia
mendapatkan kesempatan yang sama untuk bisa belajar dan mengembangkan
diri. Justru yang terjadi sebaliknya, biaya pendidikan semakin meningkat
setiap tahun, sehingga susah dijangkau semua kalangan. Hal ini tidak
hanya terjadi dalam pendidikan dasar dan menengah, juga terjadi di
lingkungan universitas formal, malah kenaikannya bisa mencapai dua kali
lipat dari sebelumnya.
Untungnya,
kehidupan mengajarkan bahwa untuk berhasil tidak mesti melalui kuliah
formal, sejumlah orang telah membuktikan; Bob Sadino, Emha Ainun Nadjib,
Hamka, dan D. Zawawi Imron. Artinya setiap orang memiliki kesempatan
yang sama untuk sukses dan berhasil, asal mau bekerja keras, menekuni
pekerjaan dengan sepenuh hati, membaca keadaan dengan baik, menikmati
kegagalan sebagai cambuk keberhasilan, mengoptimalkan pemikiran dan
imajinasi, menghidupkan hati nurani, menghadapi tantangan dengan baik,
mengelola masalah secara tepat, memiliki kemauan yang kuat untuk belajar
seumur hidup dan memasrahkan hasil pada Allah. Inilah letak keadilan
Allah terhadap semua manusia.
Untuk
belajar seumur hidup sebagai prasyarat utama keberhasilan, bisa
dilakukan dengan cara belajar otodidak atau sendiri. Itu berarti,
belajar tidak terbatas dalam universitas formal, melainkan juga dalam
kehidupan sehari-sehari. Cara belajar otodidak yang efektif ialah
memahamai paradigma belajar otodidak secara utuh, menguasai beberapa
ilmu tambahan untuk dapat belajar otodidak, memaksimalkan potensi diri
yang dimiliki, mengelola waktu dengan baik, mendalami cara efektif
membaca buku, semesta dan kehidupan, dan menguasai cara menulis. Semua
itu secara lengkap dijelaskan dalam buku “Mau Kuliah Alternatif? Belajar
Otodidak, Dong!”
Manusia
memiliki potensi yang berupa imajinasi, pikiran, perasaan, kesadaran,
hati nurani, dan tubuh. Sayangnya potensi yang dimiliki dimanfaatkan
sendiri-sendiri, bukan disatukan secara integral untuk dapat membaca,
memahami, mengerti, mendalami, menguasai dan melakukan sesuatu. Sebagai
ilustrasi; abad pertengahan mengagungkan perasaan, abad pencerahan
mengagungkan kesadaran, abad modern mengagungkan tubuh dan akal, abad
posmodern mengagungkan imajinasi, sedang hati nurani tidak pernah
mendapat tempat yang jelas. Padahal, wujud seluruh potensi ada dalam
diri setiap manusia, entah mengapa justru setiap potensi seakan-akan
memiliki sejarah masing-masing.
Dalam
kehidupan masa kini, sudah waktunya mengintegralkan semua potensi di
atas dalam kesatuan, yang akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa
dalam kehidupan.
Jika
orang-orang yang mau belajar seumur hidup melalui belajar otodidak
mampu mengintegralkan semuanya, maka proses belajar yang dilakukan
menjadi mudah; buku-buku yang dibaca mudah dipahami, realitas hakiki
kehidupan akan nampak jelas, hokum atau fenomena alam menjadi ilmu
pengetahuan, intuisi senantiasa hadir, ilmu berusaha dimanfaatkan dalam
kehidupan, ide mengalir begitu saja dan dalam kurun waktu tertentu dapat
memperoleh hikmah.
Apalagi,
secara jenius penulis buku melengkapi uraiannya dengan; cara mengelola
masa lalu, kini dan akan datang, cara membaca buku, semesta dan
kehidupan sehari-hari, cara menulis artikel sampai buku, dan cara
menyeimbangkan antara memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan tetap
belajar otodidak.
Kehadiran
buku ini memberikan harapan yang cerah pada siapa saja dari berbagai
lapisan; atas, menengah dan bawah, untuk dapat belajar seumur hidup,
sehingga dapat berhasil menjalani kehidupan. Jika akademisi dapat
memperoleh gelar formal S1, S2, S3 secara formal dengan upacara yang
megah, maka otodidaktor (orang yang belajar otodidak) bisa meraih gelar
yang sama secara informal tanpa upacara sama sekali. Paling penting
kualitas yang dihasilkan melalui pembelajaran otodidak setara dengan
yang kuliah formal. Untuk mencapai semua itu, perlu membaca buku bagus
ini, lalu merenungkan apa yang dibaca agar melekat dalam memori,
mendalami setiap hal yang dibutuhkan untuk berhasil dalam belajar
otodidak, dan berusaha dipraktekkan secara langsung sebagai ajang
pembuktian.
Secara
kebetulan, buku ini ditulis seseorang yang tidak kuliah formal, suatu
taqdir Allah yang sangat indah dan mulia, sebab melalui proses belajar
otodidak selama 14 tahun (efektifnya 10 tahun), penulis buku ini, mampu
menghasilkan buku berkualitas yang benar-benar dibutuhkan masyarakat
Indonesia.
Diharapkan
dari buku ini akan lahir otodidaktor-otodidaktor sejati yang berhasil
seperti Prof. Dr. Hamka, Emha Ainun Nadjib, D. Zawawi Imron, KH. Moh.
Idris Jauhari, atau Muhammad Yunus yang berhasil meraih Nobel 2006
setelah memutuskan mencampakkan gelar formal untuk menjadi otodidaktor
sejati, menyelami kehidupan fakir miskin untuk memberikan bantuan modal
mereka melalui Graamen bank.
*Direktur Utama penertit Ka Tulis Tiwa Press Jakarta
Meraih Kesuksesan Dengan Berdagang Secara Islami
Selama
ini dunia usaha, baik kecil menengah dan besar, masih terjebak dalam
paradigma kapitalis dalam mengelola suatu usaha, seakan-akan tidak ada
alternatif lain. Akibatnya, gaya hidup, tingkah laku, pandangan hidup,
dan dalam menjalani hidup berjalan dalam rambu-rambu yang ditentukan
kapitalisme. Lalu kapitalisme mempercanggih semua itu melalui
globalisasi dan digitalisasi, sehingga segenap manusia disadari atau
tidak, dipaksa untuk mengikutinya secara patuh.
Hal
ini juga berlaku pada Umat Islam di Indonesia, mereka yang seharusnya
berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah dalam menjalani hidup dan
usaha, dipaksa untuk meninggalkan keduanya dan menggantinya dengan
sistem kapitalis. Di sinilah perlunya suatu alternatif dalam mengelola
suatu usaha, yakni mengelola usaha dengan cara-cara yang Islami dan
berhasil. Di sinilah urgensi buku; Berdagang Dengan Iman, Kiat-Kiat Agamis Menjadi Saudagar Sukses. Artinya buku ini bisa menjadi alternatif bagi pengusaha, pedagang, dan saudagar Muslim dalam mengelola usahanya.
Prinsip
utama dalam berdagang secara Islami ialah berusaha menerapkan
nilai-nilai Islam seperti; pandangan Islam tengang Rizki, merintis usaha
sendiri, kerja keras, mengelola hutang piutang dengan baik, sabar,
memberikan pelayanan yang terbaik, berdoa hanya pada Allah, bertawakkal
dalam makna hakiki dan menjadikan sedekah atau zakat sebagai sarana
melancarkan usaha.
Dalam
Islam masalah rizki adalah sesuatu yang ditentukan Allah, tapi setiap
orang tidak mengetahui seberapa besar kadar rizkinya, maka usaha yang
optimal, memanfaatkan pikiran dalam melakukan kalkulasi terhadap usaha
yang dikelola, dan berdoa hanya pada Allah yang akan membawa seseorang
bisa memperoleh rizkinya. Jadi besar kecilnya yang diperoleh tergantung
pada semua itu, sedang paradigma ditentukannya besar kecilnya rizki bisa
diketahui setelah memperoleh hasil usaha, maka tidak perlu dijadikan
pemikiran berkepanjangan, melainkan dijalani dengan sepenuh hati dan
jiwa.
Seorang
Muslim dan Mukmin yang kuat akan berusaha untuk hidup mandiri.
Kemandirian diperoleh dengan berusaha merintis usaha sendiri dari nol.
Supaya berhasil dalam merintis usaha, umat Islam harus menumbuhkan jiwa
wiraswasta dalam dirinya dengan cara berlatih berdagang kecil-kecilan.
Latihan ini bisa dilakukan dengan modal kecil, tapi yang terpenting
membiasakan diri berjualan, sehingga perlahan-lahan jiwa wirawasta
tumbuh. Dengan tumbuhnya jiwa wiraswasta, melakukan pembacaan terhadap
usaha yang akan ditekuni, perlu survei ke beberapa pasar tradisional dan
swalayan sebelum memutuskan menekuni usaha secara sungguh-sungguh. Kita
tibalah waktu untuk mengelola usaha sendiri.
Dalam
mengelola usaha dilakukan secara gigih, semangat pantang menyerah, dan
bekerja keras sampai ambang batas yang dilakukan. Jika pedagang lain
berdagang dari pukul 07.00-15.00 WIB, maka berdaganglah mulai pukul
06.00-17.00 WIB. Sewaktu berdagang, baca secara kretatif; keinginan,
kebutuhan, dan kesenangan pembeli, lalu penuhi semua itu dalam bentuk
pelayanan yang terbaik. Insya Allah usaha yang dikelola akan berkembang
secara perlahan-lahan.
Setiap
pedagang pasti akan berhadapan dengan masalah hutang piutang, ini hal
lumrah yang tidak perlu dikhawatirkan. Justru dengan adanya hutang,
seseorang bertambah semangat dalam mengelola usaha. Tentu saja semua
hutang dikelola dengan sebaik-baiknya; ada perhitungan matang sebelum
berhutang, berhutang sesuai kebutuhan dan kekuatan yang dimiliki, dan
mencatat hutang dengan baik. Dalam tahap awal mengelola usaha, tidak
usaha memberi piutang pada pembeli, artinya proses jual beli dilakukan
secara tunai.
Kesabaran
adalah senjata utama umat Islam, senjata ini harus dimanfaatkan dalam
mengelola usaha. Sebagai ilustrasi; berusaha bersabar menghadapi pasar
sepi atau daya beli masyarakat yang menurun, bersabar dalam melayani
pembeli, bersabar berhadapan dengan juragan atau grosir, dan bersabar
dalam menghadapi persaingan usaha. Semua kesabaran ini akan menimbulkan
barokah dalam perdagangan yang dikelola, sebab menimbulkan simpati dari
orang lain, sehingga dalam memenuhi kebutuhan hidup akan membeli pada
pedagang yang sabar.
Umat
Islam biasanya meminta bantuan dukun, paranormal, dan kiai agar
usahanya berjalan lancar atau bertambah ramai. Cara seperti ini harus
dihentikan mulai detik ini, diganti dengan berdoa secara langsung pada
Allah. Luar biasanya Islam yakni tidak ada perantara dalam berdoa pada
Allah, hal ini berbeda dengan agama-agama lainnya. Sayangnya umat Islam
tidak mampu memanfaatkan hal ini secara optimal. Seharusnya mereka
meminta pada Allah secara langsung dengan cara-cara yang benar, insya
Allah akan dikabulkanNYA.
Makna
tawakkal yang hakiki dalam Islam ialah memasrahkan pada Allah berkaitan
dengan besar kecilnya hasil usaha melalui ibadah spritual; shalat lima
waktu, puasa, zakat, dan haji, dan ibadah sosial; mengeluarkan zakat
harta, bersedekah, beramal sholeh dan melakukan kebajikan. Inilah bentuk
tawakkal yang sebenarnya, bukan memasrahkan pada Allah dengan berdiam
diri tak berbuat apa-apa. Coba perhatikan para pedagang, pengusaha dan
saudagar Muslim yang sukses, mereka rata-rata memiliki ketaatan yang
kuat dalam menjalankan syariat Islam, rajin beramal dan bersedekah.
Sedekah
dan zakat dalam Islam bukan mengurangi penghasilan seseorang, melainkan
justru menambah penghasilan yang diperoleh. Ketika seorang pedagang
bersedekah, orang-orang yang menerima akan mendoakan agar usahanya
lancar dan berhasil, doa mereka akan dikabulkan Allah. Di samping itu,
Dalam Al-Qur’an sendiri disebutkan bahwa setiap sedekah yang dikeluarkan
akan diganjar berlipat-lipat di dunia dan akhirat. Lebih rajinlah dalam
bersedekah agar usaha yang dikelola semakin berkembang dan berhasil.
Dengan
semua itu, seorang pedagang akan berhasil dalam mengelola usahanya,
sehingga mereka berusaha mengembangkan diri untuk menjadi pedagang
menengah dan sampai mampu menjadi saudagar kelas atas. Hal ini dilakukan
melalui proses yang panjang dan penerapan nilai-nilai Islam dalam
mengelola usaha. Inilah nantinya yang akan melahirkan kelas-kelas
menengah baru di Indonesia.
Menilik isi buku secara global di atas, tampaknya buku; Berdagang Dengan Iman, Kiat-Kiat Agamis Menjadi Saudagar Sukses, merupakan kelanjutan dari buku best seller Jangan Mau Seumur Hidup Jadi Orang Gajiani
karya Valentino Dinsi, SE, MM, MBA dkk. Jika buku kedua diarahkan untuk
memotivasi orang agar mau mengelola usaha sendiri, sedang buku pertama
berusaha menjabarkan cara-cara mengelola usaha dari nol menjadi usaha
besar yang berhasil. Jika kedua lebih bersifat paradigma umum, sedang
buku pertama bersifat paradigma khusus yakni berdagang dengan cara-cara
Islami dan berhasil.
Gembrakan Baru Novel Bidadari Posmodern
Muncul
sebuah novel baru dengan judul Bidadari Posmodern, selanjutnya disebut
BP, ke tengah-tengah pembaca di Indonesia. Saat pertama-pertama melihat
judul, setiap orang akan dipenuhi berbagai pertanyaan: Bidadari seperti
apakah yang dimaksud? Bagaimana mungkin kata Bidadari disandingkan
dengan kata Posmodern? Mengapa diberi judul BP? Seperti apakah gerangan
cerita yang disajikan?
Dalam
bayangan setiap orang saat menemukan kata Bidadari pasti berasosiasi
pada; bidadari dalam kisah Jaka Tarup dan Bidadari dalam sinetron
Indonesia. Bidadari dalam kisah Jaka Tarup ialah sosok Dewi Kahyangan
yang terpaksa hidup menjadi orang biasa karena selendangnya
disembunyikan Jaka Tarup yang kemudian menjadi suaminya. Bidadari dalam
sinetron ialah sosok dewi keberuntungan yang menolong tokoh utama saat
dalam keadaan terjepit, dianiaya, dan butuh pertolongan. Dari kedua
personifikasi Bidadari di atas, satu kesamaan yang pasti adalah keduanya
merupakan Dewi yang hidup dalam dunia khayal atau kahyangan, meskipun
Bidadari dalam Jaka Tarup sempat hidup di bumi beberapa lama, namun
kemudian kembali ke kahyangan kembali. Bagaimana dengan Bidadari dalam
BP?
Dalam
BP, bidadari yang diidam-idamkan totoh utama Hari, bisa dianggap
mewakili keinginan semua laki-laki yakni sosok wanita cantik luar dalam,
memiliki prinsip, mencintai seseorang karena tingkah laku bukan bentuk
wajah, dan memiliki rasa pengertian yang bagus, tapi semua kriteria di
atas merupakan perwujudan dari wanita biasa yang menjalani hidup apa
adanya, bukan Dewi yang berasal dari Kahyangan. Berarti dalam konteks
ini, Bidadari yang dimaksud berbeda dengan bidadari dalam cerita Jaka
Tarup dan sinetron. Sekarang pertanyaannya, bagaimana dengan kata
Posmodern.
Posmodern
adalah kosa kata baru dalam bahasa Indonesia yang dipopulerkan Yasraf
Amir Appiliang dalam buku Dunia Yang Dilipat. Kata posmodern sendiri
berasal dari Barat yang dipeloori Nietsche, Derrida, Foucolt, dan
lain-lain. Makna yang dikandung bisa berarti setelah zaman modern,
kelanjutan dari zaman modern, dan zaman yang melampaui zaman modern.
Dalam konteks novel BP, kata Posmodern lebih merujuk pada kelanjutan
zaman modern dengan memperbaiki apa-apa yang salah di z aman modern,
dalam makna ini lebih mendekati pendapat Habernas yang melakukan kritik
tajam terhadap kata postmoden.
Pada
zaman modern umat manusia digiring pada kegersangan nilai,
tercerabutnya tradisi dari akar-akarnya, manusia yang tidak mampu lagi
menjadi manusia, masalah ekologi yang mengancam semua makhluk hidup,
peperangan yang masih saja terjadi meski telah hidup di dalam abad 21,
dan kompleksitas masalah lainnya yang sulit diatasi. Ibarat sampah,
masalah-masalah yang ada semakin menumpuk sehingga mengancam eksistensi
manusia.
Tokoh
utama Hari mengalami berbagai macam kegagalan dalam hidupnya, tidak
pernah berpacaran selama hidupnya sampai hampir lulus SMU, selalu
mendapatkan kesialan demi kesialan, dan hampir memutuskan untuk bunuh
diri karena tidak kuat menghadapi masalah yang dihadapi. Apa yang
dialami Hari tidak jauh berbeda dengan yang dialami masyarakat modern,
meski berbeda fokus masalah yang dihadapi, jika masyarakat modern
menghadapi seluruh masalah, sedang Hari menghadapi problematika cinta
yang tidak kunjung menemukan pelabuhan terakhir yang bisa menjadi
sandaran hidupnya. Kesamaan inilah menurut saya yang mendorong penulis
untuk mencantumkan kata Posmodern dalam judul.
Gabungan
dari BP bermakna bahwa masyarakat di Indonesia dan dunia sekarang
membutuhkan bidadari-bidadari yang tidak hanya menawarkan cinta yang
tulus, kecantikan luar dalam, melahirkan perdamaian, melainkan juga
mampu menawarkan paradigma baru agar kita mampu menghadapi kompleksitas
hidup dalam abad 21. Paradigma yang diharapkan bisa membantu manusia
untuk menjalani hidup yang lebih baik dan penuh makna.
Dilihat dari kaca mata Sastra mungkin novel ini tidak bisa disandingkan dengan Saman yang
membawa nilai-nilai posmodern tanpa memasukkan kata tersebut dalam
novel. Dalam konteks berbeda novel BP punya nilai lebih, sebab berusaha
menempatkan wanita sebagai orang yang terhormat dengan menjalani cinta
tanpa nafsu birahi, sesuatu yang dijalankan, diterapkan dan diyakini
orang-orang yang hidup di zaman modern.
Dalam sudut berbeda, novel BP bisa disandingkan dengan novel The Alchemist, Sang Alkemis karya
Paulo Qoelho. Kedua novel sama-sama merupakan novel pendek, berusaha
mengajak manusia untuk; berbicara dengan hati nurani dalam Sang Alkemis dan
mencintai seseorang dalam perpektif baru dalam BP, menuntun pembaca
membaca dari awal sampai akhir dengan tuntas dalam kurun waktu tertentu,
dan ending yang bisa ditebak baru pada akhir cerita.
Ahmad
Zamhari Hasan, 10-11-1974, aktif membaca dan menulis sejak kelas III
pesantren Al-Amien Madura atau setingkat kelas III SMP/MTs. Garis nasib
menaqdirkannya hanya kuliah sampai semester III STIDA yang kini berubah
menjadi IDIA dan kuliah informal DII di Pesantren Tinggi Al-Amien. Lebih
banyak Belajar Otodidak tentang sastra; cerpen, novel, drama dan
puisi, skenario, filsafat, Islam, dan politik.
Mempelopori
lahirnya SUASA (Suara Sastra Al-Amien) yang membuatnya aktif menulis
kolom, cerpen dan artikel, menjadi staf redaksi majalah Qalam,
mempelopori penerbitan majalah Al-Hikam.
Kuliah
Alternatif Online merupakan penjabaran dari Buku “BELAJAR OTODIDAK
SAMPAI MATI, Pembelajaran Seumur Hidup Sebagai Kebutuhan Mendesak Saat
Ini!” yang merupakan gabungan antara pengalaman BO 12 tahun -14 tahun
jika dihitung semenjak lulus Pesantren Tinggi Al-Amien, DII Informal-,
dan pembacaan kreatif terhadap berbagai macam literatur, serta berkat
bantuan Allah dengan segala macam caraNya yang sungguh sangat luar
biasa. Jadi, buku ini yang menjadi dasar utama Kuliah Alternatif Online.